Saya mencintai cryptocurrency. Sungguh.
Saya mencintai Bitcoin dan segelintir cryptocurrency karena ia melawan mata uang fiat yang tidak adil. Saya benci ketidakadilan.
Namun belakangan fenomena pindah porto semakin gencar dilakukan, dari saham ke cryptocurrency. Koin2 dan token2 aneh yang naik ratusan persen pun jadi primadona baru.
Saya mengakui juga telah menambah portofolio saya di cryptocurrency karena market saham yang sideways dan cenderung terkoreksi. Tak kurang dari 5% pelan-pelan telah saya alokasikan ke aset crypto menjadikannya kini kurang lebih 20% dari keseluruhan portofolio saya. Mayoritas tentu masih saham.
Tapi saya ngeri. Bukan dengan saya.
Saya ngeri dengan teman-teman yang masuk ke market crypto dengan keserakahan. Dan otak kosong.
Kepingin jadi lebih kaya dari cryptocurrency memang sah-sah saja. Tapi jika itu adalah target utamanya, saya khawatir hal tersebut bukanlah pilihan yang bijaksana.
Sebab tatkala saya menambah Bitcoin, Ethereum dan beberapa aset crypto lain dengan segenap alasan (cek kembali daftarnya disini), kebanyakan teman malah melirik koin lain yang kurang jelas dengan alasan harga Bitcoin terlalu mahal dan mereka lebih memilih koin yang lebih murah.
Pikirannya, semakin murah harga sebuah koin, semakin baik dan semakin besar potensi keuntungannya.
Dengan prinsip yang sama, ini terlihat seperti lebih baik membeli saham gocapan ketimbang BBCA yang harganya sudah mahal.
Ngeri kan.
Lebih ngeri lagi, ternyata itu semua dilakukan hanya sekedar ikut-ikutan. Yang penting cuan. Kalau bisa besok kaya mendadak.
Padahal untuk berinvestasi secara baik, kita membutuhkan informasi dan pemahaman yang baik pula. Itu belum termasuk urusan mindset, money management, menentukan target price dan hal-hal teknis lain yang tak kalah penting dalam rangka meminimalisir emosi, penggunaan feeling dan keserakahan untuk turut terlibat yang kerap berakhir pada kehancuran.
Sebab yakinlah, pada instrumen investasi apa pun, selalu ada pelangi setelah hujan, dan badai setelah pelangi.
Di crypto yang fluktuasi harganya bergerak macam roller coaster, badai itu dapat menjadi angin ribut atau tornado yang membunuh.
Sesungguhnya memang tidak ada terlalu banyak pilihan bagi mereka yang hanya ikut-ikutan. Jika untung mereka hanya beruntung. Jika rugi itulah yang layak mereka dapatkan.
Sebab percayalah, apa yang datang mudah tak akan bertahan lama. Dan apa yang bertahan lama tak akan datang dengan mudah.
“What comes easy won’t last. What lasts won’t come easy.”
Regards,
RA