AMZN vs. BABA

A

Amazon hendak masuk Indonesia? Ah, itu mah cuma cerita lama yang selalu katanya.

Tetapi demi melihat tapak kaki pertamanya yang secara resmi menjejak Asia Tenggara pada 27 Juli 2017 lalu, tepatnya di Singapore melalui layanan Prime Now, kehadiran Amazon di tanah air mungkin tidak akan lebih lama dari menunggu bang Toyib yang tak pulang-pulang.

Sementara itu, seperti yang kita semua tahu, raksasa lain bernama Alibaba telah terlebih dahulu menyambangi Asia tenggara (termasuk Indonesia) melalui pembelian saham Lazada sebesar 51% senilai US$1b (1,000,000,000=Rp. 13,2 triliun) pada April 2016 lalu yang ditambah lagi sebesar US$1b pada akhir Juni 2017 yang membuat kepemilikannya menjadi 83%.

Baru-baru ini pula, Alibaba ternyata juga menaruh minat yang sangat tinggi dan diyakini akan sukses untuk memimpin investasi dana sebesar Rp. 6,6 triliun pada situs marketplace Indonesia yang kerjaannya minta di cek melulu: Tokopedia.

Maka pertarungan antar dua raksasa dari barat dan timur di tanah air beta boleh jadi tak terhindarkan lagi di masa mendatang. Cepat atau lambat.

Lalu bagaimana kita harus bersiap untuk menghadapi fenomena ini? Dan siapa pihak yang paling diuntungkan?

Well, let’s talk about it…

Jack-Bezos-Jack-Ma-Blog

AMZN vs. BABA
Tanpa bermaksud melupakan nama besar yang lain, tetapi ketika berbicara tentang e-commerce terutama untuk produk retail, maka kita akan mengerucut pada 2 nama paling beken yang ada di muka bumi dengan dua nama besar yang ada di baliknya: Amazon-Jeff Bezos, orang terkaya no 2 di dunia dan Alibaba-Jack Ma, orang terkaya no 1 di China.

Amazon adalah retailer online terbesar di Amerika Serikat yang nyaris tanpa tandingan serta penyedia layanan cloud computing paling ngetop sejagat raya (Amazon Web Services).

Sementara Alibaba Group menguasai 1,4 milyar penduduk China dengan seluruh layanan yang dimilikinya: Alibaba (b2b), Taobao (c2c), Alipay (online payment platform), Aliyun (cloud service), Aliwangwang (instant messaging) dan banyak lagi.

Keduanya merupakan jago kandang di negeri masing-masing dan relatif tidak saling menganggu satu sama lain.

Medan tempur yang seru justru berada di tempat berbeda, area dimana mereka melakukan ekspansi secara masif. Salah satunya Asia Tenggara.

1899628-AVJFFCDC-7

Indonesia nan seksi
Didiami oleh lebih dari 600 juta penduduk pada tahun 2017, Asia tenggara merupakan pasar e-commerce yang super seksi.

Sebuah studi dari Google dan Temasek bahkan meramalkan jika nilai transaksi e-commerce di Asia Tenggara akan tumbuh sebesar 1600% atau mencapai US$88 miliar pada tahun 2025, naik dari angka US$5,5 miliar yang tercapai pada tahun 2015 silam.

Dan tentu saja, dari daftar negara-negara Asia tenggara, Indonesia berada di urutan paling atas dalam urusan jumlah penduduk dan bentang wilayah, menjadikannya pangsa pasar yang lebih empuk dari kingkoil, lebih manis dari susu cap enak, lebih gurih dari ajinomoto.

Jadi jangan heran apabila tim pabrikan MotoGP dari Jepang menuliskan slogan berbahasa Indonesia pada kostum para pembalapnya sebagai bentuk penghargaan. Tentu saja ini bukan tanpa alasan, sebab penjualan paling moncer mereka berasal dari negeri kita ini.

AAAAAAAAA

Lalu siapa pihak yang akan diuntungkan?
Sebagai affiliate marketer yang rajin, baik hati dan tidak sombong, saya pernah (dan masih) mencicipi seluruh uang dari para raksasa ini; Amazon Associates Program (us, uk, de), Alibaba CPA hingga Lazada. Namun sebelum membahas hal tersebut, mari kita ungkap dahulu siapa saja pihak yang akan diuntungkan dari pertarungan mahadahsyat ini ketika nanti terjadi di Indonesia.

Berikut daftarnya:

1. Konsumen

Raksasa namanya, sudah pasti mereka punya uang tidak berseri. Dan pertempuran nan dahsyat di ranah maya mau tak mau akan memaksa keduanya untuk mengeluarkan banyak sekali uang demi menggaet dan memanjakan pasar.

Ini berarti keuntungan luar biasa bagi konsumen yang akan menerima berbagai macam penawaran yang menarik serta pilihan-pilihan yang lebih banyak. Tak disangkal lagi jika mereka adalah pihak yang sangat diuntungkan.

2. Pemilik produk / brand

Baik Amazon maupun Alibaba, keduanya memiliki model bisnis yang selalu melibatkan pihak ketiga dalam skema kerja mereka, yaitu pemilik produk, pemilik brand, vendor, merchant dan para penjual online. Tanpa itu semua, keduanya belumlah menjadi raksasa.

Aneka rupa rayuan dan keunggulan-keunggulan lain tentu saja akan dihadirkan untuk membuat pihak ketiga ini bergabung dan senantiasa merasa betah berada dalam platform yang mereka miliki.

Tak tanggung-tanggung, sejumlah besar uang akan digelontorkan untuk melakukan promosi hingga nombokkin berbagai macam biaya dan ongkos kirim yang akan merangsang pembelian dan pertumbuhan omset yang tinggi.

Lalu?
Lalu pertanyaannya, bagaimana jika kita tidak ingin hanya menjadi konsumen apalagi cuma jadi penonton? Padahal di sisi lain, kita pun tidak memiliki produk atau merek yang bagus dan kompetitif, serta masih belum mampu memenuhi segala macam urusan menjadi merchant yang bikin pusing tujuh keliling?

Jawabannya: Affiliate Marketing.

rsz_shutterstock_203806105-760x400-760x400

Affiliate marketing merupakan cara paling mudah tetapi juga paling potensial yang tersaji dibalik duo raksasa yang bergelut. Alasannya karena kita dapat menjual seluruh produk yang kita inginkan tanpa perlu memilikinya dan tanpa perlu bersibuk-sibuk untuk mengurusi penjualan tersebut.

Meski affiliate market di Indonesia (terutama untuk produk retail) saat ini cenderung mandeg dan belum semaju seperti yang diinginkan, saya tahu persis jika Amazon kelak akan mampu memberikan revolusi yang kita nanti-nantikan. Sebab Amazon merupakan penyedia program affiliasi produk retail tertua, terbesar dan tersukses di dunia.

Dan kompetisi pasti akan memicu hal-hal terbaik, tak terkecuali bagi para affiliate marketer tanah air.

Lalu bagaimana jika kita ingin turut menikmati kue manis dari affiliasi tersebut?
Jawabannya: Bersiap-siaplah mulai dari sekarang.

Karena pendekatan terbaik dapat ditempuh untuk dapat menjual produk retail sebagai affiliate secara lebih mudah, murah dan santai, bukan sulap bukan sihir, adalah dengan menggunakan SEO.

SEO adalah akronim dari “search engine optimization” alias optimasi mesin pencari dengan tujuan untuk mendapatkan traffic/pengunjung secara organik dan gratis melalui mesin pencari untuk kata kunci yang kita inginkan.

SEO merupakan metode yang saya lakukan untuk memanage ratusan website yang saya miliki untuk dimonetisasi dengan program affiliasi Amazon.

Dan kabar baiknya, jika Anda ingin mempelajari SEO maka Anda bisa memiliki buku terbaru saya The Book of SEO yang mengupas segala macam hal mengenai SEO. Di dalamnya, saya bercerita cukup banyak hal mengenai SEO yang berhubungan dengan program affiliasi Amazon yang jadi salah satu lumbung penghasilan terbesar saya saat ini.

Maka pesanlah The Book of SEO di harga termurahnya sekarang sebelum kehabisan > http://thebookofseo.id

Dan bersiaplah untuk jadi pihak yang selalu menang dari pertarungan antar dua raksasa.

Sesengit apa pun itu.

Semoga bermanfaat,
RA

telegram

About the author

Rianto Astono

an author, book obsessive, writing enthusiast, associate, blogger. Internet marketer since 2004.

Get in touch

Please send your email directly to rianto@gaptex.com or follow me via social channels below: