(Tentang) Boncosnya Zuck

(

Hanya ada 3 kata yang dapat menggambarkan kondisi kekinian Zuck, bos Facebook, jejaring sosial terbesar di muka bumi yang sedang dilanda krisis:

Kesian, kesian, kesian.

Skandal dimulai dari berita mengenai terkuaknya penyalahgunaan data sekitar 50 juta pengguna Facebook oleh Cambridge Analytica yang bertujuan memenangkan kampanye Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat 2016 lampau.

Sialnya, Trump menang sehingga kasus ini terlihat jadi sangat serius.

Sebab tidak seperti Anda dan saya, atau rata-rata orang disini yang tidak terlalu acuh dengan urusan privasi, mereka yang disana begitu sensitif dengan yang beginian.

Maka seruan untuk boikot Facebook pun dilantunkan di jagat maya dengan hashtag #deletefacebook, diantaranya dari mantan pendiri WhatsApp, Brian Acton, yang kita tahu adalah aplikasi chat paling populer yang telah dibeli dan dimiliki juga oleh Facebook.

Lalu pertanyaannya, siapa yang harus disalahkan?

Pasti bukan upin-ipin.

Beberapa pihak sepenuhnya menyalahkan Facebook (dan Zuck) dengan argumentasinya masing-masing, tapi lebih banyak yang hanya ikut-ikutan saja tanpa tahu ceritanya.

Beberapa yang lain, yang ahli nujum berspekulasi jika inilah awal keruntuhan Facebook sambil menggeret nama Friendster dan Myspace yang sudah masuk keranda dan yang kini cuma jadi kenang-kenangan.

Tapi inilah penjelasan versi Mark yang baru-baru ini angkat bicara, seperti yang dikutip dari Detik yang diterjemahkan langsung dari status milik Zuck sendiri:

“Kami bertanggung jawab untuk melindungi data Anda, dan jika kami tidak bisa melakukannya maka kami tidak layak melayani Anda. Saya telah berusaha memahami apa yang sebenarnya terjadi dan memastikan hal ini tidak akan terjadi lagi,” tulisnya.

“Kami sebenarnya sudah melakukan pencegahan beberapa tahun lalu agar hal semacam ini tidak terjadi, namun kami juga melakukan kesalahan. Maka dari itu, kami masih memiliki banyak pekerjaan rumah,” ia menambahkan.

“Pada 2007, kami meluncurkan platform Facebook dengan visi sebuah aplikasi harus bersifat sosial. Kalender kalian bisa mengingatkan ulang tahun teman, peta yang mampu menunjukkan tempat teman kalian tinggal secara langsung, dan daftar kontak yang memperlihatkan foto dari orang-orang di dalamnya,”

Kemudian, nama Cambridge University mulai muncul dalam lini masa tersebut. Pada 2013, peneliti bernama Aleksandr Kogan, yang berasal dari firma tersebut, membuat sebuah kuis kepribadian dalam bentuk aplikasi.

Sekitar 300.000 orang mengunduh aplikasi tersebut pada waktu itu. Menariknya, aplikasi bernama thisisyourdigitalife ini tidak hanya mengangkut data dari penggunanya saja, tapi juga informasi mengenai teman-teman user tersebut di Facebook. Hal tersebut memungkinkannya untuk mengakses data milik puluhan juta pengguna raksasa jejaring sosial itu.

“Pada 2014, kami mengumumkan bahwa kami mengubah keseluruhan platform Facebook untuk membatasi data yang dapat diakses oleh aplikasi dari pihak ketiga. Aplikasi seperti milik Kogan tersebut tidak akan bisa lagi meminta data mengenai teman-teman penggunanya, kecuali mereka memang menjadi user dari aplikasi itu juga,” tulis Zuck melanjutkan kronologi dari kasus tersebut.

Ia menambahkan, pihaknya juga mewajibkan para pengembang aplikasi terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Facebook sebelum mereka meminta data, terutama yang sifatnya sensitif, milik penggunanya. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah aplikasi seperti milik Kogan mengakses begitu banyak data seperti yang terjadi baru-baru ini.

“Pada 2015, berdasarkan informasi yang didapat dari jurnalis The Guardian, kami mengetahui bahwa Kogan telah membagi data pengguna, dan teman-temannya, aplikasi tersebut kepada Cambridge Analytica. Hal ini tentu melanggar kebijakan kami. Setelahnya, kami memblok aplikasi milik Kogan dari Facebook,” tulisnya.

Tidak hanya memblok aplikasi bernama thisisyourdigitalife itu, Zuck menambahkan, pihak Facebook pun meminta Kogan dan Cambridge Analytica untuk secara resmi memastikan bahwa mereka telah menghapus semua data yang tidak semestinya mereka miliki. Kedua pihak pun, sebagaimana disebutkan oleh pendiri Facebook, memberikan jaminan terhadap penghapusan data tersebut.

“Pekan lalu, berdasarkan informasi yang dihimpun dari The Guardian, The New York Times, dan Channel 4, Cambridge Analytica tampak tidak menghapus data sebagaimana jaminan yang mereka berikan sebelumnya. Seketika, kami pun memblok Cambridge Analytica untuk menggunakan layanan dari Facebook. Cambridge Analytica mengklaim bahwa mereka sudah menghapus data tersebut,” tulis Zuck.

Lalu, ia menambahkan, pihak Cambridge Analytica setuju untuk menjalani audit forensik oleh firma yang ditunjuk oleh Facebook. Hal ini dilakukan untuk memastikan kebenaran dari penghapusan data tersebut.

“Kami juga bekerja sama dengan sejumlah regulator untuk menginvestigasi apa yang sebenarnya terjadi di sini,” ia menambahkan, seraya menjelaskan tindakan lanjutan dari Facebook dalam menangani kasus tersebut.

Zuck mengatakan bahwa kasus ini merupakan pelanggaran kepercayaan antara Kogan, Cambridge Analytica, dan Facebook. Selain itu, ini juga merupkan pelanggaran kepercayaan antara Facebook dengan orang-orang yang yang membagikan data mereka.

Yang jika dibaca dalam versi yang lebih pendek:

“Cambridge Analytica menyalahgunakan data yang dipercayakan Facebook kepada mereka yang menurut perjanjian harus dihapus dan tidak boleh digunakan.”

Tapi apakah pernyataan Zuck ini bisa dipercaya? Entahlah.

Toh betul atau tidak, nyatanya saham Facebook sudah anjlok cukup parah yang jika dilihat nilainya cukup untuk membuat kita mesem-mesem tatkala mengingat nominal boncos iklan terakhir yang tidak seberapa itu.

Lalu apa dampaknya bagi kita pengguna Facebook di Indonesia?

Mungkin tidak ada selain lucu-lucuan dan seru-seruan belaka.

Bagi saya, hanya kekuatan regulasi yang berasal dari pemerintahan atau kesepakatan antar negara yang dapat menghancurkan Facebook dalam waktu dekat. Tanpa itu, Facebook masih terlalu kuat untuk segera musnah sebab belum ada pengganti yang sepadan dengannya. Dan jika pun ada, itu mungkin Instagram yang sayang juga dimiliki oleh Facebook.

Ketergantungan kita terhadap Facebook, puluhan akses pihak ketiga menggunakan akun Facebook serta kebutuhan penting lainnya membuat tidak semudah itu untuk menghapusnya begitu saja.

Di sisi lain, Zuck pun berjanji untuk meningkatkan keamanan privasi di Facebook sehingga mari kita tunggu saja notifikasi apa yang akan muncul di bagian atas laman newsfeed milik kita dalam 1-2 bulan ke depan.

Satu pesan kecil, gunakanlah Facebook dengan lebih bijak terlebih jika itu melibatkan app pihak ketiga, jangan cepat terpengaruh Hoax (termasuk hoax BFF) dan jadikan peristiwa ini sebagai pengingat untuk senantiasa upgrade ilmu supaya tidak bergantung dengan satu sumber traffic dan platform yang itu-itu melulu.

Ingat pesan nenek: “Sepandai-Pandai Tupai Melompat, Pasti Jatuh Juga.”

Dan pesan kakek: ” Setinggi-tingginya Bangau terbang, akhirnya jadi kecap juga.”

:v

 

Semoga bermanfaat,
RA

telegram

About the author

Rianto Astono

an author, book obsessive, writing enthusiast, associate, blogger. Internet marketer since 2004.

Get in touch

Please send your email directly to rianto@gaptex.com or follow me via social channels below: