Jangan Fokus

J

Pada Goal.

Semakin besar fokus yang Anda berikan kepadanya, semakin besar kemungkinan Anda tidak mencapainya.

Jika Anda seorang pengemudi, maka Anda harus fokus pada jejalan yang Anda lalui, bukan destinasi. Mengabaikan apa yang ada di depan mata demi fokus pada tujuan akhir akan menghantarkan Anda pada tak lain tak bukan: cilaka duabelas.

Maka kesimpulannya, sekali lagi:

Semakin besar fokus yang Anda berikan kepada goal, semakin besar kemungkinan Anda tidak mencapainya.

Mari simak catatan selengkapnya.
.
.
= Disclaimer =

➖ Harap luangkan waktu karena catatan ini akan cukup panjang.
➖ Silahkan membaca tulisan ini secara perlahan dan menyeluruh supaya tidak salah kaprah terhadap judul dan konten yang berada di dalamnya.
➖ Anda dapat menjadikan catatan ini sebagai rujukan, hanya selama itu masuk akal dan cocok bagi bisnis dan diri Anda.
➖ Silahkan save atau share supaya tidak hilang, dapat dibaca kembali dan bisa bermanfaat bagi teman2 yang lain.

The Printilans

❓Berapa lama Anda dapat fokus?

Berbagai studi psikologi populer memperlihatkan bahwa manusia hanya dapat fokus pada suatu hal selama kurang lebih 15 hingga 60 menit sebelum mengalami distraksi yang menuntut jeda, hiburan atau repetisi untuk dapat melanjutkannya.

Durasi ini kian pendek pada orang yang memiliki gangguan konsentrasi (seperti ADHD) atau pada kelompok masyarakat modern yang tenggelam dalam lautan notifikasi serta informasi di sosial media yang sudah jadi bagian dari keseharian kita.

Maka alih-alih fokus pada goal yang besar, mega dan grande, kita dapat mengurainya menjadi goal-goal mini yang lebih masuk akal, tidak berat dan lebih mudah dikerjakan. Printilan.

Sebab sebagaimana semua hal besar tersusun dari printilan yang kecil, demikian goal yang besar juga tercipta dari fokus-fokus kecil yang berhasil diselesaikan.
.

Stephen Duneier adalah seorang professional investment manager, konsultan strategi keuangan, pembicara, pengajar, penulis, seniman, pemegang rekor dunia Guinness untuk rajutan granny square terbesar di dunia

Ia juga merupakan praktisi ilmu kognitif bernama “Bija” yang membuatnya berhasil menyelesaikan 24 goal dan resolusi ambisius selama setahun di tahun 2012, diantaranya:

Tampil di comedy clubs, belajar menerbangkan helikopter, mendaki air terjun beku, balapan mobil, menampal gigi tanpa obat bius, belajar bahasa Jerman, membaca 50 buku dalam 52 minggu, belajar unicycle, ballroom dancing, bermain drum, parkour, slackline, skydive, menerbangkan pesawat terbang secara akrobatik dan berbagai pencapaian mencengangkan lainnya.

Meski demikian, Stephen mengaku jika ia hanya mampu fokus selama 10-15 menit saja, seorang manusia biasa, tidak istimewa dan bukan termasuk orang yang disiplin.

Kunci pencapaiannya, menurut Stephen adalah dengan memecahkan fokus yang besar, tugas-tugas yang mega, goal yang grande menjadi printilan.

Ia melakukannya dengan memberikan fokus pada hal yang paling kecil. Sebab ia tahu, setiap hal kecil yang berhasil diselesaikan berarti peluang yang lebih besar untuk mencapai goal yang diinginkan.

Saat memutuskan untuk membaca 50 buku dalam setahun, Stephen tidak memikirkan jumlah buku itu. Bahkan tidak 1 kalimat.

Ia mulai hanya dengan 1 kata.

1 kata akan berlanjut ke 1 kata berikutnya dan berikutnya, maka ia akan menyelesaikan 1 kalimat. Lalu 1 paragraph. Kemudian 1 bab. Dan selesailah 1 buku.

Dengan cara ini, di akhir tahun ia berhasil mencapai goal yang diinginkannya. Tak hanya membaca 50 buku, tetapi juga menyelesaikan 23 resolusi tahunan lainnya.

Sistem, Kendali dan Perubahan

Dalam buku bestseller berjudul “Atomic Habits”, James Clear memberikan rekomendasi ekstrim untuk melupakan goal dan fokus kepada sistem.

👉 Jika Anda seorang pelatih tim basket, goal Anda adalah menjadi juara. Sistem Anda adalah bagaimana merekrut pemain, menangani asisten pelatih dan mengatur sistem latihan yang baik.
👉 Jika Anda seorang pengusaha, goal Anda adalah membangun bisnis raksasa. Sistem Anda adalah bagaimana menguji ide produk, mempekerjakan pegawai, menjalankan kampanye marketing.
👉 Jika Anda adalah koki, goal Anda adalah menyajikan makanan yang lezat. Sistem Anda adalah bagaimana menghadirkan bahan bermutu, mengatur tatacara masak dan mengelola feedback pelanggan.

Dari contoh diatas, menurut James, tanpa membutuhkan goal dan hanya berfokus pada sistem, maka seseorang juga akan meraih sukses.
.

Goal merupakan hasil akhir yang Anda inginkan, tetapi sistem adalah proses yang mengantarkan kita kepada hasil tersebut. Goal bermanfaat untuk menentukan arah, tetapi sistem lah yang membuat progress. Masalah timbul saat kita memberikan fokus berlebih pada goal dan justru abai kepada sistem.
.
.
.
Oke. Mari kita rekap.

Sampai disini kita sudah tahu apa yang sebaiknya dilakukan untuk mencapai goal:

✔ Jangan fokus padanya
✔ Fokus pada hal-hal yang kecil dan printilan
✔ Fokus pada sistem
.

❓ Pertanyaannya sekarang, bagaimana cara termudah dan tercepat untuk menetapkan hal kecil, printilan atau sistem yang selalu dapat kita selesaikan dalam rangka mencapai goal yang kita inginkan?

Jawabannya: fokus lah pada hal yang dapat Anda kendalikan, yaitu: perilaku dan sikap Anda sendiri.

👉 Anda tidak dapat mengendalikan omset penjualan, tetapi Anda dapat mengontrol usaha yang Anda berikan untuk kampanye marketing.
👉 Anda tidak dapat mengendalikan team Anda, tetapi Anda dapat mengontrol peraturan kerja, konsekuensi dan konsistensi penerapan dari peraturan tersebut.
👉 Anda tidak dapat mengendalikan komplain pelanggan yang masuk, tetapi Anda dapat mengontrol bagaimana reaksi terbaik menghadapi pelanggan tersebut
👉 Anda tidak dapat mengendalikan timeline sosmed yang tak berujung, tetapi Anda dapat mengontrol kapan saatnya jemari berhenti scroll.
👉 Anda tidak dapat mengendalikan ajakan hangout dari karib kental, tetapi Anda dapat mengontrol mulut Anda untuk berkata lain kali saja.
👉 dan seterusnya.
.
.
Dan percaya atau tidak, berfokus kepada perilaku yang sepenuhnya dapat Anda kendalikan tak hanya lebih mudah untuk dilakukan, tetapi juga memiliki dampak bagi lingkungan eksternal, hal-hal yang berada di luar kontrol Anda.
.
.
Sebagai penutup, izinkan saya untuk menceritakan kembali sebuah kisah klasik tentang mertua-menantu yang kerap diulang dan disampaikan dalam seminar dan buku-buku.

Alkisah.

Seorang menantu cekcok melulu dengan mertuanya. Setiap hari mereka selalu bertengkar. Sang menantu merasa mertuanya terlalu angkuh, sang mertua merasa menantunya kurang ajar. Mereka kerap saling menasihati, menuntut perubahan dan memaksakan keinginan masing-masing. Perang terus.

Sampai suatu ketika sang menantu tak tahan dan memutuskan untuk meracuni mertuanya.

Sampailah ia di sebuah toko obat. “Berikan saya racun paling ampuh,” katanya kepada penjual obat.

“Mengapa engkau membeli racun?” tanya penjual tersebut keheranan.

“Saya sudah tidak tahan dengan ibu mertua saya. Saya ingin ia mati saja.” jawabnya.

“Baiklah. Aku akan memberikan racun yang kau inginkan. Tetapi agar misi ini berhasil, kau harus mengikuti saranku,” kata penjual obat.

“Saran apakah itu?” tanya sang menantu penasaran.

“Kau harus memberikan racun ini ke dalam makanan dan minuman kesukaan mertuamu selama 1 minggu berturut-turut. Dan supaya tidak dicurigai, kau harus memperlakukannya dengan hormat. Bersikaplah sebagai seorang menantu yang baik dan layanilah mertuamu sehingga ia tidak curiga jika kau memberikan racun ini kepadanya. Perlakukan ia seperti ibumu sendiri.”

Merasa bahwa saran ini masuk akal, sang menantu setuju dan pulang ke rumah dengan perasaan gembira. Tak lama lagi mertuanya akan mati memakan racun yang berada di tangannya.

Maka mulailah ia berubah menjadi menantu yang baik. Ia menyiapkan makanan dan minuman kesukaan sang mertua, bersikap sopan, perhatian, menyenangkan serta memperlakukannya seperti ibunya sendiri.

Hari pun berganti. Dan entah bagaimana, pada akhirnya sang menantu mulai merasa ada yang berbeda dengan dirinya. Ia mulai sungguh-sungguh menyayangi mertuanya. Sebab sang mertua pun jadi begitu menyayanginya sejak ia menjadi menantu yang baik.

Beruntung belakangan diketahui jika racun yang diberikan oleh penjual obat hanyalah vitamin yang tidak berbahaya bagi sang mertua.

Dari kisah ini, kita dapat melihat bahwa “dengan mengubah diri sendiri, maka kita dapat mengubah orang lain dan lingkungan kita.”

✏ Pelajarannya: Untuk mencapai goal yang kita inginkan, jangan fokus pada orang lain atau hal-hal yang berada di luar diri kita. Mulailah fokus pada diri kita sendiri.

✔ Mulai dari yang paling mudah.
✔ Mulai dari yang paling sederhana.
✔ Mulai dari hal yang dapat kita kendalikan.
✔ Mulai dari perilaku kita.
.
.
Demikianlah, apa pun goal besar yang Anda miliki, entah pada pekerjaan, bisnis, menurunkan berat badan, hidup lebih sehat dan bahagia atau cuma sekedar kepingin bangun lebih pagi, akan ditentukan dari apa yang Anda putuskan 5 menit, 15 menit, 1 jam dari sekarang.

Dari apa yang Anda lakukan hari ini dan besok.

Kita sukses mencapai puncak sebuah gunung bukan saat kita fokus untuk meraih goal tersebut, melainkan saat kita berada di atas kasur, menutup aplikasi sosial media, mematikan game, memadamkan televisi, beranjak, cuci muka, menggunakan sepatu dan memutuskan untuk mulai berjalan.
.

Selangkah demi selangkah.

 

 

Semoga bermanfaat,
RA

telegram

About the author

Rianto Astono

an author, book obsessive, writing enthusiast, associate, blogger. Internet marketer since 2004.

Get in touch

Please send your email directly to rianto@gaptex.com or follow me via social channels below: